Pages

guntur

Kamis, 07 November 2019

tidak bertanya, bukan tidak peduli
tidak bertanya, bisa jadi tidak peduli
dipedulikan, bukan butuh empati
dipedulikan, bisa jadi butuh empati
tiba masanya, tiba masanya
tidak ada lagi kamu yang menjadi kita
adanya kamu yang selalu menjadi kamu
menangis sudah
menjerit sudah

sampai putus semua rasa
sampai putus semua bahasa
sampai putus semua logika
sampai putus lalu matilah kamu sendiri
yang lucu kenihilan itu akan muncul
semua pecah menangis sampai putus, jiwamu mati
benar kamu hanya terperangkap dalam imaji kosongmu yang

yang.....terbakar menjadi ......

Pengamat Fenomena #3

Rabu, 08 Mei 2019

Di atas pijakan tanah yang luas, gedung penolong itu berdiri menjulang dan kokoh seolah mampu menopang semua yang ingin menghilangkan bahkan menghapuskan sedikit kesengsaraan hidup. Ribuan orang datang setiap harinya, tidak hanya yang mencari peluang sembuh. Tetapi, semua yang bekerja didalamnya-pun ikut bahu-membahu untuk memberi pelayanan yang terbaik, dengan tujuan implisit ikhlas membantu orang banyak. Tidak hanya itu, kamu akan melihat banyak pencari ilmu dengan banyak disiplin ilmu, mencari pengalaman sebanyak-banyaknya disini untuk menggapai mimpi mulia dengan meneruskan perjuangan pendahulunya. Dan banyak hal lainnya yang membuatmu berpikir, gedung ini benar-benar tidak sesederhana itu!

Kali ini, seperti kali yang kemarin, mungkin yang kemarin-kemarinnya lagi, atau yang sudah lalu-lalu banyak dirasakan oleh hampir semua orang di gedung penolong tersebut, tapi aku baru merasakannya ini sendiri sama untuk beberapa minggu ini. 

Dalam banyak kamar berbentuk kubus itu, kamu akan melihat banyak yang masih berjuang melawan rasa sakit dengan bantuan banyak alat, lalu mungkin ditambah bantuan dorongan diri untuk sembuh. Kamu-pun akan melihat banyak pekerja yang rela diambil waktu bersama keluarga tercintanya, demi bekerja keras untuk semua yang berjuang melawan sakitnya. Kamu juga akan melihat banyak sanak keluarga selalu ikhlas menunggu sambil berdoa dengan harap-harap cemas, sampai kadang tak kuat menahan isakan tangis. Kamu-pun benar-benar melihat perjuangan untuk hidup itu sangat sulit, benar-benar sulit, walaupun sekedar untuk membuka mata, makan dengan nyaman, menghirup oksigen ataupun hal-hal lainnya. Gedung ini memang benar tidak sesederhana itu!

Pada setiap cerita, tidak ada yang bisa memastikan dengan tepat dan jelas bagaimana jalan akhir cerita, pun semua orang yang berjuang di gedung penolong itu. Semuanya akan berada pada tahap pasrah dan ikhlas kepada keputusan Allah, setelah melalui banyak perjuangan yang panjang. Semoga segera diberi kekuatan dan keajaiban kepada semua para pejuang! Jangan lupa bersyukur, karena  nikmat hidup dan sehat itu benar-benar luar biasa!



Dongeng yang Belum Selesai

Sabtu, 06 April 2019

Rasa-rasanya aku ingin membuat sebuah dongeng panjang dengan inti cerita yang bermacam-macam

Yang membuat seorang anak kecil merajuk kepada Ibunya untuk dibacakan sebagai pengantar tidur

Yang membuat seorang perempuan selalu jatuh merindu dengan kekasih hidupnya yang tak disisi

Yang mempererat jalinan hangat anak lelaki kepada Ayahnya

Atau sekedar membuatku ingat semua yang ada sejalan dengan kuasa-Nya tidak bisa memaksakan tapi bisa mengusahakan


Rasa-rasanya aku ingin membuat sebuah dongeng panjang dengan inti cerita yang bermacam-macam 

Berikan aku seorang tokoh utama lalu aku akan gambarkan ia menjadi paling sempurna

Aku akan ceritakan ia dalam banyak kisah tentang apa saja 

Kalau kau minta romansa, kuciptakan ia berbahagia dengan yang dicinta tanpa lara banyak bahagia

Kalau kau minta latar agama dan budaya, kuciptakan ia dengan laku dan hati mulia lalu tunduk disegani semua

Kalau kau minta sains fiksi, kuciptakan ia menjadi pahlawan super dengan teknologi mutakhir tanpa ada kekalahan sampai akhir


Rasa-rasanya aku ingin membuat sebuah dongeng panjang dengan inti cerita yang bermacam-macam

Besok atau lusa akan aku bacakan padamu  atau kujadikan kamu sebagai penikmat karya pertamaku

Tapi kalau kamu sibuk, yasudah

Aku akan bercerita saja pada bulan dan bintang

Jelas kusuruh mereka menyebarkan ke seluruh sudut alam semesta

Sampai semua merindukan dongengku dan penasaran dengan jalan akhir cerita

Apa yang terjadi dengan tokoh utamanya? tokoh pendukungnya hilang kemana?


Dongeng yang belum selesai

Berikan aku akhir cerita yang kamu mau

Akan kubuat kamu tersenyum ceria sampai

Paling tidak membuat semuanya terbuai



Tapi, kalau tidak mau, juga tidak apa-apa


Cerita Bahagia #1

Senin, 01 April 2019

" Tidak perlu mencari terlalu jauh sampai mengeluarkan banyak energi, toh bahagiamu sangat mudah ditemukan dengan caramu sendiri"
Aku hanya ingin bercerita tentang hal-hal menyenangkan yang aku alami di minggu-minggu Bulan Maret. Hal-hal sederhana yang bisa-bisanya datang mendadak ketika perasaan hatiku sedang tidak baik, lalu tanpa basa-basi langsung merapikan pecahan keembuhan itu menjadi rapi dan membahagiakan. 

Minggu kedua Bulan Maret, saat itu sedang ada event festival literasi dan pasar buku di Jogja. Hari itu, aku datang dengan niat hanya mau lihat-lihat saja, tanpa berharap apa-apa yang penting bisa mengurangi sedikit-banyak kejenuhanku dengan hectic-nya kerja praktek. Awalnya tidak ada niatan mau membeli, tetapi pada akhirnya membeli 3 buku juga dengan harga murah yang tentunya tidak mengecewakan. Senang!

Minggu ketiga dan keempat Bulan Maret, saat itu entah kenapa aku merasa bosan bersepeda sendiri, dengan jalur yang itu-itu saja, akhirnya aku mengajak teman-temanku yang sedang ada waktu luang untuk sepedaan bersama. Obrolan ngalor-ngidul dari mulai nostalgia masa lalu sampai rencana masa depan ditambah banyak hal lainnya sambil dan setelah sepedaan itu ternyata se-asyik itu. Iya, senang!

Minggu kelima Bulan Maret menuju minggu pertama Bulan April, setelah sedih melewatkan gigs -nya Mas Adhit di Jogja, karena beberapa halangan, padahal ditunggu-tunggu banget. Akhirnya bisa nonton Mas Adhit di malam minggu tersebut dan gratis. Walaupun ada beberapa lagu yang aku harap bisa dinyanyikan dan ternyata tidak dinyanyikan di gig tersebut, tetap senang! Apalagi ditutup dengan lagu "Sesuatu di Jogja-nya" tambah bikin syahdu. 

Semoga cerita bahagianya bisa berlanjut terus sampai besok-besoknya untuk siapapun (aku, kamu, dan semua yang (mungkin)) membaca!



Lara

Minggu, 03 Maret 2019


rangkaian kata tak ada yang bersuara

logika sibuk berputar-putar mencari cara

mau tak mau terperangkap lagi ke pendaran aurora

jangan bermain dengan aksara

nanti sesal terbitlah huru-hara

senyum mungkin arti upaya bicara

tapi hening berlanjut dengan gumam mengira-ngira

siapa lagi kalau bukan sang juara

terduga menjadi pengirim mantra

yang selalu tak peduli akan terciptanya sesak bermuara


Semoga

Minggu, 03 Februari 2019

Keyakinan untuk menghidupkan cahaya redup itu semakin mengecil dan akan padam

Mungkin bukan tentang rasa untuk diaku lagi, tetapi rasa untuk merasa

Bukankah melepaskan tidak selalu bermakna enggan untuk diselamatkan?

Atau memang dibiarkan karna sudah waktunya dicukupkan?

Atau memaksa usai dengan dalih sebuah kesakitan?

Menjadi bayang dalam ribuan malam sepertinya waktu yang panjang

Bukan berarti bodoh dengan selalu berharap akan kesemogaan

Dianggap pandai menghargai makna-pun bukan menjadi sok pintar

Prosa ini lama-lama menjadi sebuah kerumitan sepertinya

Sudahlah, anggapanku pasti yang akan menjadi paling benar

Mungkin akan menjadi sesederhana ini

Tentang sebuah keberuntungan

Tentang kita yang masih diatapi langit dengan pijakan tanah yang sama


Pengamat Fenomena #2

Sabtu, 26 Januari 2019

      Hidup menjadi manusia yang memegang peran ganda sebagai makhluk individu dan makhluk sosial terkadang begitu sulit. Makna kedua sematan tersebut menjadi bias dalam implementasinya, entah apakah harus seimbang antar keduanya atau harus berat sebelah dalam situasi tertentu. Entahlah, aku yang sudah hidup 1/5 sekian abad saja, masih sulit untuk menemukan esensi dan menerapkannya. Semakin beranjak dewasa, aku baru mengerti dan melihat sendiri bahwa karakter setiap manusia itu berbeda dan cukup unik. 
      Ada yang selalu menjadi lilin yaitu selalu berusaha untuk memberi sinar yang bisa dirasakan manusia lain, tetapi tanpa sadar merusak dirinya sendiri, leleh karena panas api yang ada, mengecil, dan mati. Ada yang selalu menjadi parasit dalam tumbuhan inangnya, entah kenapa selalu menang sendiri dan tanpa sadar banyak menyakiti manusia lain. Atau ada yang menerapkan simbiosis komensalisme, entahlah yang penting tidak membuat rugi sepertinya. Atau mungkin, ada yang berada diantaranya, hidup diantara zona nyaman, enggan bergerak, yang penting tidak memiliki  konflik terutama dengan diri sendiri atau manusia lain.
    Banyaknya karakter manusia tersebut, membuatku untuk terus belajar menempatkan diri, bukan untuk memaksa sesuai apa yang diinginkan, tetapi tentang mengalah dan memberi ruang. Selain itu,  aku juga perlu belajar memahami bahwa aku, kamu, dan kita semua adalah manusia yang sewaktu-waktu bisa khilaf dan berbuat kesalahan. Dalam konteks ini, jelas ada batasan-batasan tertentu terhadap kesalahan manusia lain yang masih bisa ditolerir oleh kita sebagai manusia. Lebih-lebih, belajar menempatkan diri itu adalah suatu proses yang panjang dengan makna yang amat dalam, mungkin bukan lagi melihat semuanya dari kacamata horizontal antar manusia tetapi lebih ke urgensi sisi vertikal,  karna Allah selalu ada dan menyayangi makhluk-Nya. Semoga aku, kamu, kita menjadi salah satunya.

   

Kontemplasi

Jumat, 18 Januari 2019

Langit malam yang dipenuhi bintang-bintang itu jelas ikut menyaksikan,

Dengan aku yang masih terdiam dipenuhi pikiran bak hurikan,

Lelah menerawang jauh seputar masa depan yang riskan,

Selalu khawatir doa, usaha, dan perbuatan yang dilakukan selama ini tidak bisa menjadi rekan,

Kehangatan

Selasa, 08 Januari 2019

   Kali ini perjalanan yang aku tempuh cukup jauh, melewati beberapa kota untuk bisa kembali pulang. Perjalanan ini sama seperti perjalanan sebelumnya, yang selalu membuatku tidak bisa tidur semalaman. Entah kenapa, aku selalu suka memandang dari balik jendela kereta pada waktu malam hari, memang hitam karna tak terlihat apa-apa, tapi menenangkan. Apalagi, ditemani lagu-lagu kesukaanku yang seolah memutar kembali memori beberapa hari yang lalu di kota yang penuh kehangatan itu. 

   Keretaku tiba subuh kala itu. Aku yang masih mengantuk terpaksa harus beranjak dari kursiku untuk mengambil barang-barang di bagasi atas. Lalu aku mulai berjalan keluar stasiun. Stasiun ini mungkin kecil, tidak seperti stasiun di kota besar lainnya. Tapi, aku baru menemukan banyak cerita disini, sama seperti sekarang. Arah jam 6, aku melihat banyak keluarga yang menjemput keluarganya yang lain, yang satu kereta denganku. Benar-benar banyak sekali sampai membuat pagar betis dari ujung tempat keluar stasiun sampai ujung sebelah sananya. Aku yang berjalan diantaranya bisa melihat rona bahagia, haru, dan kehangatan yang terpancar dari banyak keluarga tersebut, mungkin mereka sudah lama tidak bertemu dengan keluarganya, gumamku. Aku kembali berjalan diantaranya, aku melihat lagi ada seorang anak kecil yang berlari sambil hampir terjatuh, ingin memeluk ayahnya yang akhirnya kembali pulang. Aku kembali berjalan diantaranya, aku melihat ada seorang Ibu yang hamil ditemani seorang perempuan paruh baya, yang mengusap air matanya ketika melihat ke arah belakangku, mungkin terharu melihat suaminya yang datang. Aku kembali lagi berjalan diantaranya, aku melihat ada seorang bapak-ibu yang saling mencium pipi anaknya dan memeluknya dengan erat, sungguh membahagiakan. Aku kembali lagi berjalan diantaranya, aku melihat ada dua sosok yang amat kukenal menungguku dipaling ujung sambil terlihat bingung mencariku diantara banyak orang. Padahal, aku tidak meminta untuk dijemput karna aku khawatir fisik mereka tidak cukup kuat untuk datang ke stasiun. Aku menuju ke arah dua sosok tersebut sambil ingin menangis.
Alhamdulillah, Allah berikan selalu nikmat sehat buat Mbah Kung dan Mbah Uti sehingga bisa menemaniku sampai tahap kehidupan yang sejauh ini dan semoga bisa sampai seterusnya.


 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS