Kata orang, aku adalah si aneh yang paling suka berjalan sendirian.
Kata orang, aku adalah si pendiam yang susah diajak berbicara.
Kata orang, tatapanku selalu tajam, mengunci pandangan mereka yang melintas sejenak kearahku.
Kata orang, mereka takut berteman denganku
Kata orang,
Kata orang,
Kusimpulkan mereka selalu berbicara jelek tentangku.
Apa kamu pernah mau mencoba mengerti sedikit saja, dari sisiku. Dari bahagiaku. Dari senangku. Dari nikmatku. Kubertaruh kamu, kalian tidak pernah mau.
Kamu tahu, terkadang kamu hanya perlu duduk diam sendiri beberapa waktu saja, untuk mengerti bahwa hidup itu sangat sederhana, tapi sederhananya itu menyembunyikan hal-hal rumit dengan rapi.
Kamu tahu, terkadang diam itu juga jawaban, jawaban atas marahmu, sedihmu, agar menjaga yang lain tidak sakit karenamu.
Ah kamu memang tidak pernah ada diposisiku. Mana mungkin kamu tahu?
Lalu akan kuceritakan sedikit kepadamu.
Seperti saat ini, aku melihat ada seorang ayah memukul anak lelakinya. Alasannya anak laki-laki itu nakal, menjambak teman satu SDnya sampai terjatuh. Sang ayah memukul untuk memberi pelajaran kepada anak tersebut. Anak laki-laki itu meringis sakit, enggan menangis.
Apa yang kamu tangkap ketika melihat fenomena ini?
Jawabanmu, mungkin wajar saja. Itu wajar. Anak laki-laki kelas 3 SD, memang nakal-nakalnya. Ayahnya tidak salah, hanya mau memberi pelajaran, biar tidak manja. Anak laki-laki kok main kasar, sama perempuan lagi.
Maka akan kujawab,
2 jam yang lalu, sebelum guru SD itu memanggil kedua anak tersebut keruangannya. Sebelum, guru SD memanggil ayah dari anak laki-laki itu. Sebelumnya. Sebelumnya.
Kau tahu, anak perempuan berkuncir dua yang cantik itu, mengejek anak laki-laki tersebut. Katanya, kamu bau, bau kambing. Masih wajar. Anak laki-laki tersebut masih diam.
Ayahmu juga bau, bau kambing. Mandinya pasti bareng kambing. Makannya juga bareng kambing. Makanya semuanya mirip kambing.
Marahlah anak laki-laki tersebut. Lalu, dijambaklah rambut anak cantik berkuncir dua, sampai jatuh, lecet sedikit. Anak cantik tersebut menangis sekeras-kerasnya.
Diam, bekulah sebentar, bergetar hebat, tahu akan apa yang dilakukannya salah.
