Apalah arti pergi jauh-jauh, berlari cepat-cepat, toh apa yang dicari tertinggal di satu tempat, yang katanya cukup baik, entahlah ada yang berkata tempat itu berbahaya juga.
Tuan, kau yang selalu bercerita , tentang semesta yang selalu mengajakmu bermain dan membuatmu senang. Kau juga yang selalu bercerita , bahwa langit dan tanah bumi yang kadang bisa mengobati lukamu, penglipur lara sedihmu. Tuan, kau tahu aku selalu mendengarkan ceritamu satu per satu. Entah bagaimana, alam juga menambahkan cerita itu kepadaku, katanya agar aku tau lengkapnya.
Tuan, kau tahu terkadang aku ingin diam-diam mengikutimu, bersenda gurau dengan semesta, ikut bercerita bersama, dan menikmati indahnya sriwedari dunia itu. Terkadang, aku menerka-nerka bagaimana seharusnya aku bertindak, apakah terlalu jauh atau terlalu lambat-lambat.
Tuan, jaga cerita Tuan, jaga betul, jaga baik-baik. Aku tau Tuan, suatu saat Tuan akan berhenti bercerita kepadaku, tapi apa boleh Tuan, aku menagih ceritamu itu, hanya sekadar pengingat bahagiaku saja.
Tuan, maafku memang tak sebanding dengan apa-apa. Terimakasihku hanya sebatas pelangi di kala hujan, cepat dilupakan. Tapi, Tuan tetap dan selalu baik-baik. Aku akan memelukmu dengan pintaku pada-Nya. Aku akan berjarak padamu untuk membuatmu merasa nyaman. Ah apalah aku Tuan, yang mengada-adakan sesuatu yang tidak ada.
Sudah ya Tuan, kucukupkan saja surat ini, daripada hatiku semakin jatuh kepadamu.
Dari Nona yang merindumu diam-diam
