" Bukankah suatu pertemuan pasti bermuara pada akhir, yang paling dibenci semua makhluk alam? Mereka bilang... perpisahan, bukan begitu?"
Lihat, lihat mereka, kawanku, anak kecil yang menangis, saling berteriak satu sama lain, menolak dipisahkan, dengan alasan, nanti yang temenin aku main masak-masakan siapa? yang temenin aku main kasti siapa? yang bagi bagi coklat enak lagi siapa? Alasan sederhana bukan? Bukankah seharusnya mereka tau? Hukum alam itu mana mungkin ditolak, mana mungkin dihindari. Mungkin, mereka masih terlalu kecil, kawan. Untuk mengerti apa yang terjadi. Sudah kubilang, mereka belum cukup umur untuk tahu. Toh pada akhirnya mereka akan mulai mengadakan penawaran-penawaran, untuk melegakan satu sama lain. Seperti yang kau lihat disana, anak yang berbaju merah itu, berkata, "Nanti, kalau kita sudah nggak di satu kota lagi, kamu janji ya, bakal sering liburan kesini, temenin aku lagi" Satunya yang memakai topi, mengacungkan jari jempol, tanda setuju, dan pada akhirnya, sang hukum alam yang bicara.
Bukankah pada akhirnya, setiap perpisahan akan menghasilkan pertemuan-pertemuan baru? Bertemu dengan orang-orang baru, kondisi baru, situasi yang baru, dan awal permulaan yang baru. Dulu sekali atau bahkan sampai sekarang, aku masih tidak habis pikir, sebenarnya apa itu perpisahan, apa maknanya, dan mengapa harus terjadi. Kulihat, orang-orang rela meninggalkan zona nyaman mereka, hanya untuk beradaptasi dengan sesuatu yang kubilang, asing. Menjadikan yang asing itu, sesuatu yang menarik, sesuatu yang asik untuk dipahami. Toh pada akhirnya, hukum alam yang berbicara lagi.
Aku, bukan lagi, si kecil yang menangis, merengek-rengek untuk tidak berpisah kelas dengan teman yang lain. Jelas, aku bukan lagi si kecil yang takut bertemu orang baru, bahkan berlari di balik punggung bapak. Toh, aku sudah cukup dewasa bukan? memahami apa kata yang paling dibenci itu. Semua itu proses, berpisah, untuk hidup dengan baik, di dalam kehidupan yang lebih baik. Berpisah untuk awal yang paling baru, sesuatu asing yang memang harus dikeluarkan di permulaan itu. Berpisah untuk proses kedewasaan, baik secara logis atau pendewasaan hati. Menjadi yang lebih baik, lebih hebat dan lebih kuat.
Pertemuan-pertemuan apa yang paling berkesan di hidupmu? Kubilang, bertemu dengan kalian, kawan, sudah menjadi hal-hal paling hebat dan paling gila didalam roda kehidupanku. Bermain bersama, tertawa bersama, menangis bersama, susah-senang bersama, menggalau bersama, melakukan hal aneh bersama, berjuang bersama, menggila bersama, dan apapun itu yang kusebut kebersamaan. Toh kami akan menjadi dewasa dengan adanya suatu perpisahan itu. Sudah kubilang, untuk suatu proses menjadi sosok yang paling hebat, kita perlu bantuan sang hukum alam. Kali ini, aku tidak akan menyalahkan hukum alam atau menghindari sang hukum alam. Mungkin, aku akan mulai melakukan transaksi bodoh lagi, menawar-nawar lagi, untuk yang seharusnya bagaimana, atau pertemuan-pertemuan keesokannya. Sungguh, mengenal kalian kawan, aku pasti sudah sangat berterima kasih dengan Sang Penentu Takdir. Terima kasih, untuk yang ada disaat-saat apapun. Terima kasih, untuk yang selalu mengerti. Terima kasih, untuk yang selalu mengingatkan. Terima kasih, untuk apapun itu. Sukses bersama kawan, itu harus, apapun itu, jadilah sosok yang lebih baik dan selalu istiqomah di jalan Allah. Selalu dan selalu berbahagia ya. Selalu dan selalu baik juga. Perjalanan kita masih panjang. Jangan takut bertemu sesuatu yang asing, kawan. Toh kita dulu bertemu dengan keasingan masing-masing. Jangan lupa perjalanan yang kita tempuh bersama dulu. Selalu dan selalu jadi sosok yang terhebat ya. Semoga Allah meridhoi, kawan.
" Perpisahan adalah turun tangannya hukum alam. Jangan kaubenci, apalagi kau caci. Mereka ada, karena seharusnya ada. Mereka ada, karena mereka yang ajarkan, ada banyak pertemuan indah di depan sana, yang akan membuat kita jadi sosok yang lebih baik. Maka, berterimakasihlah"
