Pages

siempre

Rabu, 25 September 2013

Kali ini, giliran aku yang bercerita kepadamu. Kamu tersenyum sesaat dan mulai mendengarkanku. Aku memulainya dengan kekagumanku atas lukisan oranye itu. Kamu mulai tersenyum kecut. Aku melihatnya sekilas dan tak memperdulikannya. Aku terus bercerita. Aku bercerita betapa aku menunggu kehadirannya. Kali ini, wajahmu pucat pasi. Tapi, aku masih tidak memperdulikannya. Aku meneruskan ceritaku sambil tersenyum ceria. Aku suka bercerita apa yang aku suka. Lalu, aku melihatmu. Pandanganmu kosong. Aku bertanya, sekali lagi. Kamu tetap diam. Akhirnya aku memilih diam. Kita terdiam dalam waktu yang lama. Kamu bertanya, kamu ada apa? Aku masih diam. Sesaat kemudian, kamu berkata. Maaf, aku buta. Aku tidak bisa melihatnya. Aku tidak bisa membayangkannya. Lalu, aku melihatmu teduh, dan aku berkata, kenapa kamu tidak bilang? Jangan sedih, aku yang akan menjadi mata keduamu dan menceritakan seluruh keindahannya.
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS